· Pengertian dari Supply Chain Management(SCM). Supply
Chain merupakan suatu rangkaian jaringan perusahaan-perusahaan yang
bekerja bersama-sama untuk menyalurkan suatu produk dari hulu ke hilir atau
dengan kata lain bagaimana produk tersebut sampai ke tangan konsumen akhir.
TEH BOTOL SOSRO DARI HULU KE HILIR
1. Bahan Baku
Bahan baku
yang digunakan untuk pembuatan Teh Botol Sosro adalah teh kering, gula pasir,
dan air.
a.
Teh Kering
Teh kering yang digunakan untuk produksi TBS adalah Teh SPRR atau lebih
dikenal dengan jasmine tea. Teh SPRR merupakan jenis teh yang dalam proses
pengolahannya menjadi teh kering tidak melalui tahap fermentasi dan diberi
aroma bunga melati. Superior dalam tingkat kualitas teh menunjukkan bahwa teh
tersebut adalah grade pertama, meskipun standar superior sendiri berbeda untuk
masing-masing perkebunan. Secara lebih spesifik jenis teh yang digunakan
memiliki perbandingan tertentu antara lain jenis peko, jikeng dan tulang. Teh
SPRR yang digunakan di PT. Sinar Sosro berasal dari PT. Gunung Slamet Slawi, yang
merupakan bagian grup Sosro. Teh SPRR dikemas dengan kemasan dua lapis. Pada
bagian luar memakai karung goni sedangkan pada bagian dalam memakai kantong
plastik. Hal tersebut bertujuan untuk melindungi teh kering dari air dan udara
lembab. Setiap karung Teh SPRR beratnya adalah 25,5 kg.
b.
Gula pasir
Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis pada produk yang dihasilkan
(TBS). Gula pasir yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan proses produksi
merupakan gula pasir terbaik yang diimpor dari Thailand karena gula tersebut
memiliki keunggulan dibandingkan dengan gula lokal terutama dalam hal warna dan
kesadahannya. Untuk kesadahannya, gula impor memiliki kesadahan yang rendah
dibanding dengan gula lokal. Hal ini dikarenakan, kesadahan yang tinggi akan
membuat warna sirup gula menjadi keruh dan menimbulkan endapan.
c.
Air
Air yang digunakan oleh PT. Sinar Sosro berasal dari air bawah tanah.
Kebutuhan akan air di sekitar lingkup perusahaan terlebih dahulu dilakukan
pengolahan dalam unit pengolahan air (WT) agar diperoleh air yang standar.
2.
Bahan Pengemas
a. Crown cork
Crown cork terbuat dari logam dan didalamnya dilapisi dengan PVC. Crown
cork berfungsi sebagai penutup botol agar produk aman dari pengaruh
udara luar dan dapat juga digunakan sebagai identitas suatu produk. Crown
cork dikemas dalam kardus dengan jumlah 10000 tiap kardus.
Penyimpanannya diletakkan di gudang penyimpanan Crown cork yang
luasnya setengah dari gudang penyimpanan gula. Untuk menghindari kontak
langsung antara lantai dengan crown cork (mencegah
kontaminasi), maka lantainya dilapisi dengan pallet. Setiap pallet terdapat 45
kardus crown cork, dengan 5 tumpukan untuk setiap palletnya.
Penumpukan crown cork di dalam gudang disusun berdasarkan
sistem FIFO. Masuk dan keluarnya crown cork dari gudang
dilakukan menggunakan forklift. Crown cork ini disuplai dari PT.
Indonesia Multi Colour Printing (IMCP) dan PT. ATP.
b. Botol
Botol merupakan bahan pengemas yang langsung kontak dengan produk. Botol
yang digunakan terbuat dari bahan kaca yang tahan panas. Volume kemasan dalam
botol untuk masing-masing produk berbeda. Volume untuk produk TBS adalah
sebesar 220 ml. Sebelum botol digunakan untuk proses produksi, botol disimpan
dalam gudang peti botol (PB). Supplier untuk botol TBS yaitu
PT. Mulia Industrindo dan PT. Iglass.
c. Krat
Krat terbuat dari plastik berwarna merah. Krat merupakan bahan pengemas
yang tidak langsung kontak dengan produk, melainkan hanya berfungsi melindungi
botol supaya tidak pecah ketika pengangkutan. Krat digunakan untuk memuat
botol-botol baik botol kosong maupun botol isi. Satu krat memuat 24 botol.
Selama krat masih dalam keadaan baik, krat tersebut masih terus dipakai.
Dalam pengembangan bisnisnya, PT. Sinar Sosro telah
mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru Nusantara, melalui lebih dari 150
kantor cabang penjualan, serta beberapa Kantor Penjualan Wilayah (KPW). Selain
mendistribusikan, kantor penjualan juga bertugas dalam penarikan kembali botol
– botol kosong (returnable glass bottle).
Di bawah kantor penjualan, selanjutnya jalur
distribusi memiliki tiga tingkat :
1.
Agen / Sub-distributor / Wholesaler yang dilingkungan Sinar Sosro disebut
Dister.
2.
Sub-Wholesaler, yang sering juga disebut sub agen
3.
Retailer (pengecer) untuk tingkat Dister dikenal Dister Aktif (DA) dan
Dister Pasif (DP). DA tidak hanya menunggu pembeli dating ke tempatnya, tapi
juga mendistribusikan produk hingga tingkat pengecer. Sedangkan DP hanya
menunggu pembeli datang ke tempatnya.
Di Indonesia, jumlah
Dister terbanyak berada di Jakarta, mencapai 60 Dister. Adapun untuk level
pengecer, Sinar Sosro menyegmentasikan dalam 7 segmen (dalam istilah mereka
klasifikasi outlet) yaitu : kantin / kafe, lokasi makan (resto), street market
(toko, warung, PKL), supermarket, hotel dan tempat hiburan, nstitusi
(koperasi), dan end user. Diperkirakan jumlah gerainya mencapai lebih dari 600
ribu. Melalui jalur – jalur distribusi itulah produk Sinar Sosro dipasarkan
hingga end user. Sepintas pola seperti ini terkesan sangat
sederhana dan mudah ditiru, tetapi nyatanya kompetitor sangat sulit menerapkan
pola seperti itu.
Adapun bagan
pendistribusian PT. SINAR SOSRO dari Hulu ke Hilir sebagai berikut :
Bagan
SCM dari Hulu ke Hilir.